Monday, March 8, 2010

AIR MATA INSAN YANG AGONG...

Detik-detik Rasulullah SAW menghadap sakaratul maut. Sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benarnya cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.


Pada pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Rasulullah dengan suara terbatas dengan memberi khutbah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-NYA. Maka taati dan bertaqwalah kepada-NYA. Kuwariskan dua perkara pada kalian, AL-QURAN dan SUNNAHKU. Barang siapa yang mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintai ku, akan masuk syurga bersama-sama aku.” Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan Rasulullah SAW yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.


Abu Bakar menatap mata itu dengan mata berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisannya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang saatnya sudah tiba. “Rasulullah SAW akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercintai bernama Muhammad itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.


Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah SAW yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah SAW masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?”tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.


Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah. “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahu lah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggentarkan. Seolah-olah setiap inci bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian Jibril dipanggil yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.


“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, tanya baginda?”


“Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepada ku : ‘Ku haramkan syurga bagi sesiapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,’’ kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugasnya. Perlahan roh Muhammad ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. ‘’Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.’’ Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah memejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memaling muka. ‘’Jijikkah kau melihat ku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?’’ Tanya Rasulullah pada Malaikat Pengantar wahyu itu. ‘’Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal,’’ kata Jibril.


Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahan lagi. ‘’Ya Rasulullah, dasyat sungguh maut ini, timpakan saja semua siksa ini padaku, jangan pada umatku.’’ Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.


‘’Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum’’- ‘’Peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.’’ Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling bepelukan. Fatimah menutup tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinga di bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.


‘’Ummati, ummati, ummatiii’’- ‘’Umatku, umatku, umatku’’ Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.

0 comments:

Mahasiswa Pendidik Pencetus Revolusi

Mahasiswa Pendidik Pencetus Revolusi

Dulu, Kini dan Selamanya...

Dulu, Kini dan Selamanya...

### salam ukhwah ###....

My Photo
Mujahideen
Dilahirkan pada 30 Ogos 1984, anak ke 2 dr 6 adik bradik. sekarang menuntut di Universiti Pentarbiyahan Syuhada' Islam,program pendidikan moral. erm...stakat tu je kot :-) "kadangkala kite perlu menangis supaya kite sedar hidup ini bukan sekadar utk ketawa, namun, kite juga perlu ketawa, supaya kite sedar betapa bernilainya setitis air mata...."
View my complete profile

MUTIARA KATA

Menurut perspektif Islam, wanita adalah pelengkap kepada lelaki, sekali gus memelihara keseimbangan ciptaan Allah s.w.t. Malah Rasulullah s.a.w memartabatkan kaum wanita pada kaca mata Islam sebagai perhiasan dunia yang paling indah dan unik. Ini sebagaimana sabda Baginda bermaksud: "Dunia ini penuh perhiasan dan perhiasan yang paling indah ialah wanita yang solehah." - (Riwayat Muslim)

bicara siswa

Followers

Nasyid FM

Template by - Abdul Munir - 2008 - layout4all